Jumat, 02 Maret 2012

Pemahaman Teori Komunikasi : Pendekatan, Pengertian, Kerangka Teori Analisis dan Perspektif

 

A. Pemahaman Konseptual pendekatan dan pengertian
Ilmu komunikasi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidsipliner.
Pendekatan - pendekatan dalam keilmuan menurut littlejohn, dalam bukunya Theories of Human Communication (diterbitkan dalam beberapa edisi : tahun 1989, 1995, 2002), secara umum dunia masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok pengamatannya dapat dibagi dalam 3(tiga) kelompok atau aliran pendekatan. ketiga kelompok tersebut adalah pendektan scienctific (ilmiah-empiris), pendekatan humanistic (humaniora interpretatif), serta pendekatan social sciences (ilmu - ilmu sosial).
 
      1.    Pendekatan SCIENTIFIC (ilmiah empiris)
Pendekatan ini menekankan pentingnya objektivitas yang didasarkan atas standarisasi observasi dan konsistensi yang lazim dipergunakan dalam ilmu-ilmu eksakta (fisika, biologi, kedokteran, matematika dan lainnya). Landasan filosofisnya adalah bahwa dunia ini pada dasarnya mempunyai bentuk dan struktur. Metode dengan penelitian yang sama akan menghasilkan temuan yang sama, ini merupakan hakikat dari objektivitas dalam konteks standarisasi observasi dan konsistensi.
Pada kelompok ini juga membuat pemisahan yang tegas antara know (objek atau hal yang ingin diketahui dan diteliti) dan knower (subjek pelaku atau pengamat).
Metode yang lazim dilakukan adalah eksperimen (peneliti secara sengaja melakukan percobaan terhadap objek yang ditelitinya) yang tujuan penelitiannya diarahkan pada upaya mengukur ada tidaknya pengaruh atau hubungan sebab akibat diantara dua variabel atau lebih dengan mengontrol pengaruh dari variabel lain.
     2.    Pendekatan HUMANISTIC (humaniora interpretatife)
Pendekatan ini mengasosiasikan ilmu dengan prinsip “subjektivitas” yang lazim dipergunakan dalam ilmu-ilmu yang mempelajari sejarah, kebudayaan, system nilai, kesenian dan pengalaman pribadi. Ilmu menurut kelompok ini merupakan suatu hasil interpretasi subjektif yang berada dalam diri peneliti (in here).
Menurut aliran ini, pihak peneliti (knower) tidak boleh memisahkan diri dari objek yang di telitinya (known). Metode yang lazim digunakan adalah partisipasi observasi (si peneliti membaur dan melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan dari orang-orang yang ditelitinya dalam mengamati sikap dan perilaku dari orang-orang yang ditelitinya tersebut. Contohnya: bergaul). 
    3.    Pendekatan Social Sciences (ilmu-ilmu social)
Pendekatan ini merupakan kombinasi antara pendekatan scientific dan Humanistic yang lazim diterapkan untuk mengkaji persoalan yang menyangkut system nilai, kesenian, kebudayaan, sejarah dan pengalaman pribadi yang terbagi menjadi:
a. Ilmu pengetahuan tingkah laku (behavioral science), menekankan pengkajian pada tingkah laku individual manusia
b. Ilmu pengetahuan social (social sience), menekankan kajian pada interaksi antar manusia.


Teori Komunikasi
Teori komunikasi menunjuk pada konseptualisasi atau penjelasan logis mengenai
fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia. Ciri-ciri:
(1) abstraksi, sifatnya terbatas
(2) semua teori adalah konstruksi ciptaan individual manusia.

(Littlejohn, 1987): Penjelasan dalam teori didasarkan atas 3 (tiga) prinsip keperluan –the principle of necessity, yaitu suatu penjelasan yg menerangkan variabel-variabel apa yang kemungkinan diperlukan untuk menghasilkan sesuatu:
1. keperluan kausal, berdasarkan asas hubungan sebab akibat.
2. keperluan praktis, menunjuk pada kondisi hubungan tindakan- konsekuensi.
3. keperluan logis, berdasarkan asas konsistensi logis.
Berdasarkan fokusnya, penjelasan dalam teori terdiri atas dua kategori:
1. Person centered, penjelasan yang memfokuskan pada orang/pelaku menunjuk pada faktor-faktor internal yang ada dalam diri seseorang (pelaku).
2. Situation centered, penjelasan yang memfokuskan pada situasi menunjuk pada
faktor-faktor eksternal.
Sifat dan tujuan teori menurut Abraham Kaplan (1964): bukan semata untuk menemukan fakta yang tersembunyi, tapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta mempresentasikan fakta tersebut.
 
(Littlejohn): Secara umum teori punya 9 fungsi:
1. mengorganisasikan dan menyimpulkan
Bahwa dalam mengamati realitas, tidak boleh dilakukan sepotong-sepotong. Pola dan
hubungan harus dapat dicari dan ditemukan dimana pengetahuan kita tentang hal tersebut kemudian diorganisasikan dan disimpulkan yang hasilnya berupa teori yang dapat dipakai sebagai rujukan dikemudian hari. Contoh: studi kasus.
2. memfokuskan
Hal atau aspek dari suatu objek yang diamati harus jelas fokusnya.
3. menjelaskan
Teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yang diamatinya, bukan saja untuk memahami pola, hubungan tetapi juga menginterpretasikan peristiwa tertentu.
4. mengamati
Teori tidak saja menjelaskan tentang apa yang sebaiknya diamati tetapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya, artinya ada konsep operasional yang bias dijadikan patokan.
5. membuat prediksi
6. heuristic
Teori yg diciptakan dpt merangsang timbulnya upaya penelitian selantjutnya, jadi konsep harus jelas untuk dijadikan pegangan.
7. komunikasi
Teori harus dapat dipublikasikan, didiskusikan dan terbuka terhadap kritikan untuk penyempurnaan.
8. control/mengawasi
Teori dapat berfungsi sebagai sarana pengendali atau pengontrol tingkah laku
kehidupan manusia.
9. generatif
Teori berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan cultural serta sarana untuk menciptakan pola dan kehidupan yang baru.

Pengembangan teori meliput 4 tahapan yang disebut hyphothetic-deductive method:
1. mengembangkan pertanyaan (developing questions)
2. membentuk hipotesis (forming hypotheses)
3. menguji hipotesis (testing the hypotheses)
4. memformulasikan teori (formulating theory)

Untuk menguji kesahihan teori, ada 5 patokan yang dapat dipergunakan:
1. Cakupan teoritis, apakah suatu teori yang dibangun memiliki prinsip “generality” atau keberlakuan umum.
2. Kesesuaian (appropriateness), apakah isi teori sesuai dengan pertanyaan / permasalahan teoritis yang diteliti.
3. Heuristic, apakah suatu teori yang dibentuk punya potensi untuk menghasilkan penelitian atau teori lainnya yang berkaitan.
4. Validitas atau konsistensi internal dan eksternal, apakah konsep dan penjelasan teori konsisten dengan pengamatan (internal) atau apakah teori yang dibentuk didukung oleh teori lainnya yang telah ada (eksternal).
5. Parsimony (kesederhanaan), teori yang baik adalah teori yang berisikan penjelasan yang sederhana.


Lingkup Teori Komunikasi
 
Menurut Littlejohn: Berdasarkan metode penjelasan dan cakupan objek pengamatannya, teori-teori komunikasi terdiri atas 2 kelompok:

1. Teori-teori umum (general theories) yang mencakup: 
  (1) teori-teori fungsional dan structural, dimana si pengamat merupakan bagian 
       daristruktur (sosial dan budaya). Menurut pandangan ini, pengetahuan dapat ditemukan 
       melalui metode pengamatan (observasi) empiris yang cermat.
       Perbedaan pendekatan teori Fungsional & Struktural:
       a. Fungsional berasal dari biologi sedangkan struktural berasal dari linguistic.
       b. Fungsional menekankan pengkajiannya tentang cara-cara mengorganisasikan dan   
           mempertahankan sistem sebagai struktur yang berfungsi. Sedangkan Struktural 
           menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut pengorganisasian
           bahasa dan sistem sosial sebagai struktur yang berfungsi.
      Persamaan karakteristik teori Fungsional & Struktural:
      a. Sama-sama mementingkan synchrony (stabilitas dalam kurun waktu tertentu) 
          daripada  diachrony (perubahan dalam kurun waktu tertentu).
      b. Sama-sama mempunyai kecenderungan memusatkan perhatian pada “akibat2 yg 
          tidak diinginkan” (unintended consequences) daripada pada hasil-hasil yang sesuai 
          tujuan.
      c. Sama-sama punya kepercayaan bahwa realitas itu pada dasarnya objektif dan 
          independent (bebas).
      d. Pendekatannya sama-sama bersifat dualistic karen memisahkan bahasa dan
          lambang dari pemikiran-pemikiran dan objek-objek yang disimbolkan dalam 
          komunikasi.
      e. Sama-sama memegang prinsip the correspondence theory of truth (teori kebenaran 
          yg sesuai), yaitu bahasa harus sesuai dengan realitas dan simbol-simbol harus 
          merepresentasikan sesuatu secara akurat.

 (2) teori-teori behavioral dan kognitif, yang menganggap komunikasi sebagai 
      manifestasi dari tingkah laku, proses berpikir dan fungsi “bio-neural” dari individu. Oleh 
      karenanya, variabel-variabel penentu yang memegang peranan penting terhadap sarana 
      kognisi seseorang (termasuk bahasa) biasanya berada di luar control dan kesadaran 
      orang tersebut.
      Perbedaan dengan teori structural dan fungsional terletak pada fokus pengamatan dan  
      sejarahnya yang berpusat pada diri manusia secara individual (psikologis) dengan 
      model ‘S-R’ (stimulis-response) yang menggambarkan proses informasi antara 
      stimulus (rangsangan) dengan response (tanggapan). 

 (3) teori-teori konvensional dan interaksional. Komunikasi dianggap sebagai alat 
      perekat masyarakat (the glue of society) yang berkembang dari aliran 
      pendekatan interaksionisme simbolis sosiologi dan filsafat bahsa ordiner dimana
      pengetahuan dapat ditemukan melalui metode interpretasi.
      pengamatannya berfokus pada bagaimana bahasa dan symbol direproduksi, 
      dipelihara serta diubah dalam penggunaannya dimana makna bersifat relative dan 
      temporer karena berubah dari waktu ke waktu/ konteks/ kelompok sosial ke lainnya.

(4) teori-teori kritis dan interpretif
     Gagasan dalam teori ini banyak berasal dari berbagai tradisi seperti sosiologi 
     interpretif, pemikiran Max Weber, phenomenology dan hermeneutic, Marxisme dan aliran 
     ‘Frankfurt School’ dan berbagai pendekatan tekstual: teori2 retorika, biblical dan 
     kesusasteraan.
     Persamaan:
     1. Penekanan terhadap peran subjektifitas yang didasarkan pada pengalaman individual
     2. Makna atau meaning merupakan konsep kunci dalam teori ini, dimana pengalaman
         dipandang sebagai dasar pemahaman makna. Dengan memahami makna, seseoranG
         akan menjadi sadar akan kehidupan dirinya, dalam hal ini bahasa dipandang sebagai  
         kekuatan yang mengemudikan pengalaman manusia.
     Perbedaan:
     Teori Kritis cenderung menggunakan keputusan-keputusan absolut, preskriptif dan 
     sifatnya politis. Teori Interpretif cenderung menghindarkan sifat-sifat preskriptif 
     dan keputusan absolute tentang fenomena yang diamati. Pengamatan menurut teori ini 
     hanya sesuatu yang bersifat tentative dan relative.
 
2. Teori-teori kontekstual (contextual theories) yang meliputi 5 konteks / tingkatan:
(1) komunikasi intra-pribadi, proses komunikasi terjadi dalam diri seseorang yaitu pemahaman, ingatan dan interpretasi terhadap symbol-simbol yang ditangkap panca indera.
(2) komunikasi antar pribadi, proses komunikasi antar perorangan yang bersifat pribadi baik secara langsung ataupun tidak seperti percakapan tatap muka, melalui telepon dan surat menyurat yang berfokus pada hubungan, percakapan (discourse), interaksi dan karakteristik komunikasi.
(3) komunikasi kelompok, interaksi di antara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil yang membahas tentang dinamika kelompok, efiseiensi dan efektivitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk informasi dan pembuatan keputusan.
(4) komunikasi organisasi, terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi yang membahas struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses pengorganisasian dan kebudayaan organisasi.
(5) komunikasi massa, komunikasi melalui media masa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak besar yang fokusnya menyangkut struktur media, hubungan media dengan masyarakat, hubungan antara media dan khalayak, aspek2 budaya dari komunikasi massa dan dampak /hasil komunikasi massa terhadap individu.


 sumber : Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk

Selasa, 29 November 2011

PRINSIP DASAR KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


I. KARAKTERISTIK SUMBER

Sumber merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan komunikasi. Dalam hal ini, ada 3 (tiga) karakteristik sumber yang perlu diperhatikan yaitu:
a.         Credibility (kredibilitas)
Menunjuk pada suatu kondisi di mana si sumber dinilai mempunyai pengetahuan, keahlian, atau pengalaman yang relevan dengan topik pesan yang disampaikannya, sehingga pihak penerima menjadi percaya bahwa pesan yang disampaikannya itu bersifat objektif.
b.        Attractiveness (daya tarik)
Apabila sumber dinilai “menarik” oleh penerima, maka upaya meyakinkan dan persuasi akan lebih cepat berhasil karena adanya proses identifikasi dalam diri pihak penerima.
c.         Power (kekuasaan/kekuatan)
Secara umum dapat terjadi dalam empat cara, diantaranya kharisma, wibawa otoritas, kompetensi atau keahlian, compliance atau pemenuhan.
Dengan demikian dari segi sumber keberhasilan komunikasi ditentukan oleh kredibilitas, daya tarik, serta kekuatan/kekuasaannya untuk mempengaruhi pihak penerima.
                                           
II. BENTUK DAN PERJANJIAN PESAN
 
Bentuk dan teknik penyajian pesan pada dasarnya mencakup 2 (dua) aspek: struktur dan daya tarik (appeals). Struktur pesan menunjuk pada cara mengorganisasikan elemen-elemen pokok dari pesan. Cara pengaturan struktur pesan mencakup 3 (tiga) hal:
1.        Sisi pesan (Message sidedness)
Pesan dapat di susun secara satu sisi (one sided) atau dua sisi (two sided).  Penyusunan yang satu sisi memberikan penekanan hanya pada posisi kepentingan pihak pengirim pesan. Biasanya yang ditonjolkan hanya hal-hal yang menyangkut kekuatan/kelebihan atau aspek positif dari suatu ide atau produk yang akan dikomunikasikan. Sementara pada penyusunan pesan yang bersifat dua sisi (two sided), disamping segi kekuatan dan aspek positif hal-hal yang merupakan kekurangan/kelemahan atau aspek-aspek negative dari suatu ide atau produk yang akan dikomunikasikan  juga ditampilkan.
2.        Urutan Penyajian (Order of presentation)
Climax versus anti climax order berkaitan dengan teknik penyajian pesan yang bersifat satu sisi (one sided). Model climax order menunjuk pada cara penyusunan pesan, dimana argument terpenting/terkuat dari isi pesan ditempatkan pada bagian akhir. Jika argument tersebut ditempatkan pada bagian awal, disebut sebagai anti climax order, semenjtara jika ditempatkan di tengah-tengah disebut sebagai pyramidal order. Recency and primacy model berkaitan dengan penyajian pesan yang bersifat dua sisi (two sided). Primacy model menunjuk pada teknik penyajian atau penyusunan pesan di mana spek-aspek positif kekuatan dari ide satu produk ditempatkan pada bagian awal, jika aspek-aspek positif/kekuatan dari ide atau produk tersebut ditempatkan di bagian akhir disebut recency model.
3.        Penarikan kesimpulan (Drawing a conclusion)
Penarikan kesimpulan atas isi penjelasan tentang suatu ide atau produk yang dikomunikasikan dapat dilakukan secara langsung dan jelas (eksplisit) dalam arti bahwa dapat juga dilakukan secara tidak langsung (implisit) dalam arti bahwa penarikan kesimpulan diserahkan kepada pihak khalayak sendiri.

Sementara itu, ada 4 (empat) pendekatan yang dapat dipergunakan agar penyajian pesan menarik perhatian khalayak. Keempat pendekatan tersebut adalah: fear appeals, Rational appeals, emotional appeals, dan pendekatan humoris.

III. KARAKTERISTIK SALURAN KOMUNIKASI

Terdapat tiga saluran komunikasi yang dapat dipergunakan dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat: saluran komunikasi personal, media massa dan media tradisional. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Kombinasi penggunaan dari ketiga saluran komunikasi tersebut akan menghasilkan dampak yang lebih optimal.
Pemilihan satu atau beberapa media sebaiknya didasarkan atas 2 (dua) pertimbangan. Pertama, pertimbangan yang menyangkut karakteristik media. Kedua, pertimbangan yang menyangkut karakteristik isi dan penyajian pesan yang akan disampaikan (karakteristik kreatif).

IV. KARAKTERISTIK HALAYAK
 
Khalayak (audience), juga merupakan faktor penentu keberhasilan komunikasi. Karena, bagi komunikasi tentunya patokan keberhasilan upaya komunikasi yang di lakukan itu merupakan pesan-pesan yang disampaikan melalui suatu saluran medium dapat diterima/sampai ke khalayak sasaran, dipahami dan mendapatkan tanggapan positif, dalam arti sesuai dengan harapan"si komunikator. Khalayak bukanlah merupakan sekumpulan dari individu-individu yang bersikap dan bertindak “pasif”. Mereka aktif dan juga selektif. Terhadap isi pesan yang sama, boleh jadi akan terdapat perbedaan-perbedaan di kalangan khalayak mengenai perhatian, pemahaman, tanggapan serta tindakan yang timbul. Dalam hal ini Schramm (1974) menyatakan dengan tegas bahwa seorang perancang komunikasi yang baik tidak akan memulai upayanya dari "apa yang harus dikatakan", “saluran apa yang akan dipergunakan”, atau "bagaimana cara mengatakannya", melainkan terlebih dahulu mempertanyakan "Siapa yang akan menjadi saluran penyampaian pesan". Dalam proses komunikasi massa (komunikasi melalui media massa) irmplikasi dari pernyataan Schramm tersebut bahwa sebelum komunikasi mempengaruhi khalayak melalui pesan-pesan yang disebarluaskannya, khalayak telah terlebih dahulu mempengaruhi komunikator. Komunikator akan berubah mengumpulkan data dan informasi mengenai karakteristik dari para warga khalayak yang akan dijadikan sasarannya. Atas dasar hal-hal inilah baru komunikator. Komunikator akan berusaha menyimpulkan data dan informasi mengenai karakteristik dari para warga khalayak yang akan dijadikan sasarannya. Atas dasar hal-hal inilah baru komunikator akan dapat menentukan "apa" yang akan disampaikan dan "bagaimana" cara menyampaikannya.

Sumber: Pengantar Ilmu Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja

Senin, 28 November 2011

KOMUNIKASI DAN BUDAYA

I. PERANAN KEBUDAYAAN DALAM KEHIDUPAN 
   MANUSIA
­ 
Salah satu wujud kebudayaan ideal yg berfungsi mengatur, mengendalikan, dan mengarahkan tingkah laku masyarakatnya. Jadi fungsi kebudayaan adalah memberikan tuntutan dan tuntunan kepada masyarakatnya. Budaya menuntun masyarakat untuk bertingkah laku sesuai dengan adat istiadat, dan menuntunnya jika menyimpang dari norma – norma sosial yg berlaku.
Dalam studi kebudayaan memang dikenal adanya istilah “harapan budaya” (culture expectation), yakni harapan masyarakat dari suatu kebudayaan kepada para anggotanya untuk bertingkah laku sesuai dengan adat istiadat yg berlaku.

II. PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP KOMUNIKASI

Keberhasilan komunikasi ditentukan oleh kemampuan komunikasi memberi makna terhadap pesan yg diterimanya. Semakin besar kemampuan komunikasi memberi makna pada pesan yg diterimanya, semakin besar pula kemungkinan komunikasi memahami pesan tersebut.
Komunikasi pada prinsipnya memang merupakan proses penafsiran atau pemberian makna terhadap pesan – pesan. Sebelum mengirim pesan tersebut, komunikan mengolah pesan dan menafsirkannya, apakah makna yg dikandung pesan tersebut telah memenuhi tujuan komunikator dalam penyampaian maksudnya.
Komunikasi berfungsi sebagai alat untuk meneruskan warisan budaya berupa nilai – nilai, norma, dan keyakinan yg dianut dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

III. KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN PEMAKAIANYA

Komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar orang – orang yg mempunyai latar belakang budaya yg berbeda. Perbedaan budaya tersebut terdapat mulai dari tingkat individu, kelompok sosial, etnis/ras, Negara, hingga dunia.
Bentuk komunikasi antar budaya:
1. Komunikasi antar budaya
2. Komunikasi antar ras yg berbeda atau komunikasi antar etnis
3. Komunikasi antar kelompok agama yg berbeda
4. Komunikasi antar bangsa yg berbeda (Komunikasi Internasional)
5. Komunikasi antar subkltur yg berbeda
6. Komunikasi antara subkultur dan kultur yg dominan
7. Komunikasi antar jenis kelamin

Sumber:
- Pengantar Ilmu Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja
- Ilmu Komunikasi suatu Pengantar, Dedy Mulyana
- Communication Between Cultures, Larry A. Samovar & Richard E. Porter

KOMUNIKASI MASSA

I. PROSES DAN KARAKTERISTIK ISI PESAN 
    KOMUNIKASI MASSA

A. Proses Karakteristik Komunikasi Massa
Dengan mengikuti formula Lasswell dapat di pahami bahwa dalam Proses Komunikasi Massa terdapat lima unsur dalam proses komunikasi, yaitu :

  1. Who (siapa) : Komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam proses komunikasi massa, bisa perorangan atau mewakili suatu lembaga, organisasi maupun instansi. Segala masalah yang bersangkutan dengan unsur “ siapa” memerlukan analisis kontrol (control analysis) yaitu analisis yang merupakan subdivisi dari riset lapangan.
  1. Says What (apa yang dikatakan) : pernyataan umum, dapat berupa suatu ide, informasi, opini, pesan, dan sikap, yang sangat erat kaitannya dengan masalah analisis pesan.
  1. In Which Channel (melalui saluran apa) : media komunikasi atau saluran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi. Dalam hal ini dapat digunakan primary technique, secondary technique, direct communication atau indirect communication (Edward Sapir dalam Dasar-dasar Retorika, Komunikasi dan Informasi, Lathief Rousydi, 1985: 68).
  1. To Whom (Kepada Siapa) : Komunikan atau audience yang menjadi sasaran komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan masalah penerima pesan. Dalam hal ini diperlukan adanya analisis khalayak (audience analysis).
  1. With What Effect (dengan efek apa) : hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju. Berkaitan dengan efek ini diperlukan adanya analisis efek.

B. Karakteristik Isi Pesan Komunikasi Massa
Isi pesan komunikasi massa terutama adalah pikiran, ada kalanya juga perasaan, tetapi hanya merupakan faktor pengaruhnya saja. Lambang (symbol) umumnya adalah bahasa. Pentingnya bahasa sebagai lambang, oleh karena tanpa bahasa, pikiran sebagai isi pesan tidak mungkin dikomunikasikan.
Lambang utama pada media radio adalah bahasa lisan, pada surat kabar bahasa tulisan, pada film dan televisi adalah gambar. Pesan yang disiarkan media massa bersifat umum. Penataan pesan bergantung pada sifat media yang berbeda antara satu sama lainnya. Disini dimensi seni tampak berperan, dalam menata suatu pesan. Tanpa dimensi seni sebagai unsur penata pesan, tak mungkin media surat kabar, majalah, radio, televisi dan film dapat memikat perhatian dan memukau khalayak yang pada gilirannya mengubah sikap, pandangan dan perilaku.mereka.
( sumber : http://cai.elearning.gunadarma.ac.id/webbasedmedia )


II. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASI MASSA 

A. Pengertian Komunikasi Massa :

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003 : 188), yakni Komunikasi Massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi terebut dapat diketahui bahwa Komunikasi Massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orag, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan Komunikasi Massa.

Definisi Komunikasi Massa yang lebih terperinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies“. (Komunikai Massa adalah produksi dan distribusiyang berdasarkan tekhnologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industry (Rakhmat, 2003 : 188).

Definisi Komunikasi Massa dari Meletzke berikut ini memperlihatkan sifat dan cirri komunikasi yang satu arah dan tidak langsung sebagai akibat dari penggunaan media massa, juga sifat pesannya yang terbuka untuk semua orang. Dalam definisi Meletzke, Komunikasi Massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dansatu arah pada publik yang tersebar (Rakhmat, 2003 : 18) istilah tersebar menunjukkan bahwa komunikan sebagai pihak penerima pesan tidak berada di satu tempat, tetapi tersebar di berbagai tempat.

Definisi Komunikasi Massa menurut Freidson dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasidari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat (Rakhmat, 2003 : 188).

Definisi Komunikasi Massa yang dikemukakan wright, ialah bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut: diarahkan pada khalayak yang relatife besar, heterogen dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secaraserentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar. Definisi Wright mengemukakan karakteristik komunikan secara khusus, yakni anonim dan heterogen. Ia juga menyerbutkan pesan diterima komunikan secara serentak (simultan) pada waktu yang sama, serta sekilas(khusus untuk media elektronik, seperti radio siaran dan televisi).

Kompleksnya Komunikasi Massa dikemukakan oleh Severin dan Tankard Jr., 1992 : 3), dalam bukunya Communicatio Theories: Origins, Methods, And Uses In The Mass Mediayang definisinya diterjemahkan oleh Effendy sebagai berikut: “Komunikasi Massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu.

Ahli Komunikasi lainnya, Joseph A. Devito merumuskan definisi Komunikasi Massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta tentang media yang digunakannya. Ia mengemukakan defisinya dalam dua item, yakni: “pertama, Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditunjukkan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayal meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agar sukar untuk didefinisikan. Kedua, Komunikasi Massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan/ atau visual. Komunikasi barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film” (Effendy, 1986: 26)

Menyimak berbagai definisi Komunikasi Massa yang dikemukakan para ahli komunikasi, tampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian Komunikasi Massa. Bahkan, secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa dapat diketahui pula cirri-ciri komunikasi massa yang membedakannya dari bentuk komunikasi lainnya.

Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan kegiatan seseorang atau suatu organisasi yang memproduksi serangkaian pesan dengan bantuan mesin untuk disebarkan kepada khalayak banyak yang bersifat anonim, heterogen dan tersebar.



III. FUNGSI KOMUNIKASI MASSA

Fungsi Komunikasi Massa menurut Dominick (2001) terdiri dari:
Surveillance (pengawasan)
Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama:
            (a). warning or beware surveillance (pengawasan peringatan)
                   Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang   
                   ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi yang
                   memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer.
            (b). instrumental surveillance(pengawasan instrumental).
                  Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi
                  yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. 
  • Interpretation (penafsiran)
    fungsi penafsiran hamper mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya   memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan.
    Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan pada khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang disajikan pada halaman lainnya. 
  • Linkage (pertalian) 
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage atau (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang saman tentang sesuatu.
  • Transmission of Values (penyebaran nilai-nilai)
    Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok.
  • Entertainment (hiburan)
    Sulit dibntah lagi bahwa pada kenyataannya hamper semua media menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Begitu pun radio siaran, siarannya banyak memuat acara hiburan. Memnag ada beberapa stasiun televisi dan radio siaran yang lebih mengutamakan tayangan berita. Demikian pula halnya dengan majalah. Tetapi, ada beberapa majalah yang lebih lebih mengutamakan berita seperti Time dan News week, Tempo dan Gatra.


VI. DAMPAK KOMUNKASI MASSA 

Dampak Komunikasi Massa:

Media Massa secara pasti mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Bukti sederhana terjadi pada seorang remaja laki-laki yang mengenakan topi seperti yang dipakai aktor dalam satu tayangan komedi ditelevisi. Anak-anak lainnya pun dengan segera meniru budayanya, sosial dan politik dipengaruhi oleh media (Agee, 2001).
               
Media membentuk opini public untuk membawanya pada perubahan yang signifikan. Kampanye nasional larangan merokok ditempat-tempat umum memiliki kekuatan pada pertengahan tahun 1990-an dengan membanjirnya berita-berita tentang bahaya merokok bagi kesehatan perokok pasif. Public pun mendukung Presiden Clinton yang mengemukakan isu nasional tahun 1995, yaitu diberlakukannya peraturan pemerintah federal tentang larangan merokok bagi anak remaja. Kampanye serupa tentang pencegaha penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)dilakukan melalui media massa disini secara instan media massa dapat membentuk kristalisasi opini publik untuk melakukan tindakan tertentu kadang-kadang kekuatan media massa hanya sampai ranah sikap (Agee, 2001: 24-25).

Dominick (2000) menyebutkan tentang dampak komunikasi massa pada pengetahuan, persepsi dan sikap orang-orang. Media massa, terutama televisi, yang menjadi agen sosilisasi (penyebaran nilai-nilai) memainkan peranan penting dalam transmisi sikap, persepsi dan kepercayaan.

Isi pesan komunikasi massa terutama adalah pikiran, ada kalanya juga perasaan, tetapi hanya merupakan faktor pengaruhnya saja. Lambang (symbol) umumnya adalah bahasa. Pentingnya bahasa sebagai lambang, oleh karena tanpa bahasa, pikiran sebagai isi pesan tidak mungkin dikomunikasikan.
Lambang utama pada media radio adalah bahasa lisan, pada surat kabar bahasa tulisan, pada film dan televisi adalah gambar. Pesan yang disiarkan media massa bersifat umum. Penataan pesan bergantung pada sifat media yang berbeda antara satu sama lainnya. Disini dimensi seni tampak berperan, dalam menata suatu pesan. Tanpa dimensi seni sebagai unsur penata pesan, tak mungkin media surat kabar, majalah, radio, televisi dan film dapat memikat perhatian dan memukau khalayak yang pada gilirannya mengubah sikap, pandangan dan perilaku.mereka.

Sumber: Buku Komunikasi Massa